Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Media Pembelajaran

Jum'at. 18 mei 2012



 MEDIA PEMBELAJARAN

BAB. I. 
TEORI  BELAJAR DAN TEORI MEDIA

 

A.TEORI  BELAJAR.
1.Teori Behavioristik
Teori Behavioristik mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku (Budiningsih, 2005 : 20). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya dalam hal bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dengan respon. Stimulus adalah apa yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan. Apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respon) harus dapat diamati dan terukur. Factor yang tidak kalah penting adalah factor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.



Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic  yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisahh, dan biasanya menggunakan paper and oencil test. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.
2.Teori belajar kognitif
Teori Belajar Kognetif merupakan aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisai perceptual, dan proses internal (Budiningsih, 2005 : 48). Perumusan tujuan pembelajaran, pengembangan strategi dan tujtuan pembelajaran tidak lagi mekanik sebagaimana dalam behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Aliran kognitif mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dlam belajar. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan pada dirinya sendiri. Proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahap terdiri dari asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau penginterogasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses aquilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
3.Teori Sibernetik
Teori Sbernetik mengemukakan bahwa belajar adalah pengolahan informasi. Dalam tori ini, proses belajar mengajar berperan penting, namun yang lebih penting adalah pengolahan sistem informasi. Sistem informasi memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Asumsi lain dari teori ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua peserta didik, karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini sangat relevan dan menjadi landasan pengembangan multimedia pendidikan.
Salah satu landasan toretis pendidikan modern termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivistik. Pendekatan ini pada dasarnya mengemukakan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif pada proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered dari.pada Teacher Centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa, Injury-Based Learning  dan Problem Based Learning  yang disebut sebagai strtegi CTL (University of Washington, 2001) diwarnai Student Centered dan aktivitas siswa (Trianto, 2007).
4. Teori Konstuktivisme
Teori Konstuktivisme Menurut Suratno (2009), konstruktivisme (constructivim), yaitu siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas kemudian siswa mengkonstruksi (membangun) pemahamnnya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna. Sifat pembelajaran ini siswa lebih sering mencoba, berani salah, dan selaras. Jadi, siswa perlu dibiaskan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalamn.
Jean Piaget dalam Nurhadi (2003) menyatakan bahwa pengetahuan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Hal ini dapat disimpulkan bahwa siswa perlu dibiasakan untuk mengkonstruksikan oleh Jean Piaget melndasi timbulnya strtegi kognitif, disebut teori meta cognition. Presseien (1985) dalam Yamin (2008) menyebutkan bahwa meta cognition merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berfikirnya.
 Menurut Presseisen (1985) meta cognition meliputi empat jenis keterampilan, yaitu:
1)   Keterampilan pemecahan masalah (problem solving), yaitu: keterampialn individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan masalah yang paling efektif.
2)   Keterampilan pengambilan keputusan (decision making), yaitu keterampilan individu dalam menggunkan proses berfikirnya untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alas an-alasan yang rasional.
3)   Keterampilan berfikir kritis (critical thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menganalisa argument dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi, argument, dan interpretasi logis.
4)   Keterampilan berfikir kreatif (creative thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berfikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu.
Menurut Karli, dkk (2003) bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuan yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya. Konstruktivisme adalah dasar pembelajaran modern dank arena itu berdiri di atas latar yang benar-benar baru, secara langsung bertentangan positif dengan behaviorisme dan naturalism. Dibandingkan behaviorisme atau keterampilan sebagai tujuan dari pengajaran, perkembangan kognitif dan pemahaman yang mendalam merupakan focus; daripada tahapan untuk hasil yang maksimal, hal ini dipahami sebagai penyusunan kembali pembelajar aktif. Dibandingkan pandangan belajar sebagai salah satu proses linear, dapat dipahami secara kompleks dan dasar dari non linear yang ada di alam. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada pendekatan konstruktivisme, seorang pendidik harus memperhatikan dua hal yaitu: mengalami adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya dan menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) disingkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Sagala (2008) bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Teori Beban Kognitif
Sweller (2010 : 29) menjelaskan bahwa teori beban kognitif adalah teori pembelajaran yang berdasarkan atas arsitektur kognitif manusia. Arsitektur kognitif yang digunakan oleh teori beban kognitif memiliki basis evolusi. Aspek pertama dari evolusi kognisi manusia yang relevan dengan instruksi keprihatinan dua kategori pengetahuan, yaitu pengetahuan biologis primer dan biologis sekunder. Pengetahuan biologis primer adalah pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai hasil evolusi dari banyak generasi, seperti mendengarkan, mengenali wajah, terlibat dalam hubungn social, dan berbicara dengan bahasa pertama. Sedangkan pengetahuan sekunder adalah pengatahuan yang diperoleh secara cultural, contohnya adalah membaca, dan menulis.
Teori beban kognitif adalah ide bahwa desain pembelajaran harus focus pada upaya mental dan tidak overload karena belajar akan tehambat ketika melebihi kapasitas memori manusia. Proses teraik dalam belajar terjadi dalam kondisi yang selaras dengan arsitektur kognitif manusia. Isi memori jangka panjang adalah strukrtur canggih yang memungkinkan manusia untuk melihat, berfikir, dan memecahkan masalah, daripada sekslompok fakta belajar hafalan. Struktur ini, yang disebut dengan skema, adalah apa yang memungkinkan manusia untuk memperlakukan beberapa elemen sebagai elemen tunggal. Mereka adalah struktur kognitif yang membentuk basisi pengetahuan.
Teori beban kognitif berdasarkan pada ketrbatasan kapasitas memori kerja yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: beban kognitif intrinsic, beban kognitif germane, dan beban kognitif ekstra. Beban kognitif intrinsic adalah beban yang disebabkan kompleksitas dan struktur materi. Beban kognitif germane adalah beban yang didimbas oleh siswa untuk memproses dan memahami informasi yang diberikan, sering disebut juga dengan beban kognitif efektif. Sedangkan beban kognitif ekstra adalah beban kognitif tidak efektif yang berkaitan dengan desain pesan.

B.TEORI MEDIA
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.all. 2002). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu: guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat difunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujtuan belajar.


Menurut Munadi (2008), media dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai bahasa, maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indera pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung
Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
1)        Landasan filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Hal ini tidak benar karena dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti “dehumanisasi”..
2)        Landasan psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Sejalan denagn maksud tersebut, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Pengalaman siswa setiap daerah berbeda sehingga perlu diberikan contoh-contoh yang kontekstual.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinu konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat.
Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan symbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner (dalam Heinich, 2002) hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
kan bahwa nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang apling abstrak. Semakin realistic suatu meia, kualitasnya semakin tinggi.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbul.
3)        Landasan teknologis
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, dan pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen system pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi system pembelajran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
4)        Landasan empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pengguna media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menetukanhasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dennagn karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.







BAB. II.  MODEL ASSURE

Model ASSURE dirancang untuk membantu para guru Matematika pada SMP Negeri 1 Kerinci merencanakan mata pelajaran yang secara efektif memadukan penggunaan Teknologi dan media diruang kelas.dengan langkah – langah sbb :
A. Menganalisis Pembelajar  (Siswa)
B. Menyatakan standar dan tujuan
C. Memilih Strategi , Teknologi Media dan Materi
D. Menggunakan Strategi, Teknologi dan Media
E. Mengharuskan Partisipasi Pembelajar (Siswa)
F. Mengevaluasi dan Merevisi.

Model ASSURE ini kami mencoba menggunakannya pada:
Mata pelajaran             :  Matematika
Kelas                           :  VII
Lokasi                         :  SMP Negeri 1 Kerinci
Standar Kompetensi   :  2. Memahami bentuk aljabar persamaan  dan
                                         pertidaksamaan linear satu Variabel 
Kompetensi dasar       :  2.2. Melakukan operasi pada bendtuk aljabar

A.MENGANALISIS PEMBELAJAR (SISWA).
(a) Karakteristik umum siswa.
Adalah Umur , Tingkat Kemampuan, factor Budaya dan social ekonomi. Analisis awal dapat membantu dalam menyeleksi metode dan media pembelajaran pada SMP negeri 1 Kerinci
Contoh siswa dengan tingkat ketrampilan membaca dibawah standar tujuan pembelajaran dengan epektif dengan media non tulis.
Jika siswa tidak bersemangat terhadap materi pembelajaran adalah suatu masalah pertimbangan menggunakan pendekatan pembelajaran dengan stimulus lebih tinggi, memberikan siswa sebuah konsep baru untuk pertama kali membutuhkan media lansung secara konkrit dari pengalaman , lebih lanjut siswa biasanya mempunyai dasar yang cukup untuk menggunakan AUDIO VISUAL.seperti Vidio tape atau media presentasi
(b)   Kompetensi Khusus.
Adalah pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh siswa, pengetahuan prasyrat yang dimiliki untuk sebagai pra syarat melanjutkan materi berikutnya. Ha ini perlu dianalisis oleh guru.
Contoh : Media pra syarat untuk mempelajari Memahami bentuk aljabar persamaan dan
                Pertidaksamaan linear satu Variabel 
(c)    Gaya belajar
Factor analisis ketiga adalah gaya belajar yang menyangkut sipat psikologi yang berdampak bagaimana kita menerima dan merespon stimulus yang berbeda , seperti keinginan, sikap pilihan penglihatan ( Visual ) atau Audio Mendengar.
Menurut Heinich ( 1996 ) gaya belajar dikategorikan sbb :
1.pilihan persepsi dan kekuatan
Disini guru harus menidentivikasi siswa tentang kekuatan atau kebiasaannya dalam belajar
2. Kebiasaan memproses Impormasi
 Hal  ini bagaimana individual cendrung dalam proses kognetif dari impormasi , siswa dikelompokkan berdasarkan kebiasaan belajar konkrit.
3. Faktor Motivasi
Ini menyangkut keinginan siswa , motivasi internal dan eksternal, motivasi berprestasi,motivasi social,kompetitif, tugas adalah mengidentifikasi tentang motivasi siswa untuk mempelajari materi berikutnya.
4.Faktor Psikologi
Gaya belajar ini berdasarkan keadaan kesehatan, kondisi lingkungan yang akan berakibat proses pembelajaran terjadi secara efektif.

B. STATE OBJEKTIV ( MENENTUKAN TUJUAN ):
Langkah kedua Model ASSURE adalah menentukan tujuan secara spesipik mungkin untuk menentukan tujuan dari pembelajaran :
1.      AUDIENCE. Yaitu siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Kerinci
2.      BEHAVIOR Yaitu tingkah laku ,setelah pembelajaran berakhir siswa diharapkan sesuai dengan kemampuannya.dapat mengetahui, menghitung,menyususn, dan memdefenisikan.
3.      CONDITION Yaitu kondisi yang menyatakan penyataan dapat di observasi oleh siswa seperti, mensubtitusikan nilai  dari salah satu Variabel pada persamaan.
4.      DEGREE (Tingkat derajat ) Yaitu dengan standard an criteria. Siswa diharapkan dapat menyelesaikan persamaan linear dan pertidak samaan linear.

Dengan demikian tujuan dari pembelajaran dapat diklasipikasikan menjadi  tiga yaitu : Kognetik , afektif dan psikomotor.

C. MEMILIH STRATEGI, TEKNOLOGI MEDIA DAN MATERI.
Setelah mengidentifikasi siwa menetukan tujuan berarti telah membuat titik awal ( Pengetahuan, Ketrampilan dan sikap siswa )dan titik akhir dari pembelajaran pada langah ini adalah menghubungkan antara kedua titik dengan memilih metode yang tepat dan format media kemudian memutuskan materi yang dipilih untuk diimplementasikan

Memilih Metode :
Metode yang digunakan adalah metode penugasan berstruktur untuk untuk melayani siswa dengan gaya belajar yang berbeda

Memilih Format
Format media yang digunakan adalah media fresentasi Power Point, pormat media ini menggambarkan penjumlahan variable dari persamaan linear. Dengan animasi karena menjumlah dan mengurang  pada persanaan linear adalah merupakan dapat dinyatakan dengan pergerakan ( memiliki arah ).AUDIO, VIDEO, Komputer Multi Media. Dll.

Mendesain Materi
Yang paling dasar untuk dipertimbangkan ketika mendesain materi adalah :
a.Objective ( Tujuan ) artinya apa yang kita harapkan terhadap siswa dalam pembelajaran.
b.Audience (Siswa) apakah akreteristikm siswa dalam belajar.
c.Cost ( Biaya )
d.Teknical expertise ( keahlian )
e. Equipment ( keperluan )
f. Facilities ( Fasilitas )
g.Time (Waktu)

D.MENGGUNAKAN STRATEGI, TEKNOLOGI DAN MATERI
Langkah keempat adalah siswa dan guru menggunakan media dan materi adapun prosedur menggunakan media dan materi adalah sbb :
a.       Meninjau  materi
Guru memilih materi yang tepat untuk siswa sesuai dengan tujuan.
b.      Menyiapkan materi
Guru menyiapkan dan membutuhkan persiapan untuk menyiapkan media dan materi dalam proses belajar mengajar
c.       Menyiapkan lingkungan
Guru menyesesuaikan tempat pembelajaran diruang kelas,labor atau pusat media dengaN Pasilitas disusun  untuk memudahkan siswa menggunakan media dan memahami materi.
d.      Menyiapkan siswa
Guru memberikan garis – garis besar pada isi pembelajaran.serta bagaimana menghu
bungkan dengan topic yang dipelajari
e.       Menyiapkan pengalaman pembel;ajaran.
Guru menyiapkan pengalaman pembelajaran jika pembelajaran berpusat pada guru.dan jika berpusat pada siswa guru harus berperan sebagai pasilitator membantu siswa untuk mengeksplorasikan materi , mendiskusikan isi materi, menyiapkan materi
Seperti lembar aktivitas siswa,, LKS. Dan instrument lainnya.

E.REQUIRE LEARNER PARTICIPATION  (Membutuhkan Partisipasi Pembelajar)
Guru merealisasikan Partisifasi aktif dari siswa dalam proses belajar mengajar ( Pembelajaran )
Pada kegiatan ini , guru membuat LKS . dan AUDIO  Visual dan Power point dari materi pelajran matematika, partisispasi siswa mwerupakan pusat dari kegiatan pembelajran

F.EVALUATE AND REVISI ( Evaluasi dan Revisi )
Komponen terakhir dari Model ASSURE adalah melihat keaktipan dari proses pembelajaran dengan mengevaluasi dan merevisi . evaluasi dan revisi merupakan komponen yang sangat penting untuk mengembangkan kualitas pembelajaran dengan tujuan adalah sebagai penilaiain prestasi siswa dan mengevaluasi media dan metode.
Evaluasi dilakukan dengan penugasan pada siswa untuk menjawab atau menyelesaikan soal – soal latihan yang diberikan oleh guru pada proses belajar mengajar berlansung. Dan juga evaluasi dilakukan pada ulangan harian , tengah semester dan akhir semester.

KESIMPULAN :
1.      Model ASSURE adalah pedoman umum dalam merencanakan secara sistimatis dalam menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran berkualitas.
2.      Model ASSURE memiliki enam langkah setiap langkah saling berkaitan.
3.      Model ASSURE harus dilsakukan secara terus menerus dalam siklus tidak berhenti dalam satu siklus siklus pertama merupakan titik awaluntuk memperbaiki siklus berikutnya.



BAB III 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

                       
                                Nama Sekolah  : SMPN1 Kerinci
                                 Mata Pelajaran  : Matematika
                                 Kelas                : VII (Tujuh)
                                 Semester             : 1 (Satu)


Standar Kompetensi      :  ALJABAR  
    2 .Memahami bentuk aljabar, persamaan 
     dan Pertidaksamaan linear satu variabel.
Kompetensi Dasar           : 2.2.Melakukan operasi pada bentuk aljabar.
Alokasi Waktu                  :  8 jam pelajaran (4 pertemuan).

A.        Tujuan Pembelajaran
-      Pertemuan Pertama dan kedua
o   Peserta didik dapat menyelesaikan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, dan akar) pada bentuk aljabar dan pecahan aljabar dengan penyebut suku tunggal menggunakan sifat-sifat operasi hitung.
-      Pertemuan ketiga dan keempat
o   Peserta didik dapat mengerjakan soal-soal pada ulangan harian dengan baik berkaitan dengan materi mengenai bentuk aljabar, memodelkan pernyataan menjadi bentuk aljabar, pengertian suku, koefisien suku, dan suku sejenis, menyelesaikan operasi bentuk aljabar dan pecahan aljabar, dan cara memecahkan masalah yang melibatkan bentuk aljabar.

v  Karakter siswa yang diharapkan :     Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
B.        Materi Ajar    
            Aljabar dan Aritmetika Sosial, yaitu mengenai:
a.       Menyelesaikan operasi bentuk aljabar.
b.      Menyelesaikan operasi bentuk pecahan aljabar.

C.        Metode Pembelajaran
            Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.

D.        Langkah-langkah Kegiatan
Ø   Pertemuan Pertama dan Kedua   
            Pendahuluan         :   -  Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran..
                                                    -  Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
                                                    -  pentingnya penggunaan media pembelajaran ( AUDIO VISUAL ), LAP TOP
                                            -  Membahas PR.


            Kegiatan Inti
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F  melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F  Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara menyelesaikan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, dan akar) pada bentuk aljabar dan pecahan aljabar dengan penyebut suku tunggal menggunakan sifat-sifat operasi hitung, kemudian antara peserta didik dan guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan: buku paket, yaitu buku Matematika Kelas VII Semester 1,     mengenai menyelesaikan operasi bentuk aljabar, mengenai menyelesaikan operasi bentuk pecahan aljabar, mengenai memecahkan masalah yang melibatkan bentuk aljabar).        
F  Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan mengenai cara menyelesaikan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, dan akar) pada bentuk aljabar dan pecahan aljabar dengan penyebut suku tunggal menggunakan sifat-sifat operasi hitung.
F  Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket pada mengenai cara menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dengan ubin aljabar, mengenai cara menyederhanakan bentuk aljabar dengan menggunakan sifat komutatif, asosiatif, atau distributif, mengenai cara menyelesaikan operasi kali, bagi, pangkat, dan akar suku sejenis dan tidak sejenis, mengenai cara menyelesaikan operasi bentuk pecahan aljabar, dan mengenai cara menyelesaikan masalah yang melibatkan bentuk aljabar.
F  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan menggunakan media pembelajaran
Video tape dan Laptop ( Power point )
F  melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F  memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
F  memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
F  memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F  memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
F  Peserta didik mengerjakan soal-soal dari “Cek Pemahaman“ dalam buku paket mengenai penggunaan sifat distributif untuk menyederhanakan suatu bentuk aljabar, mengenai penyederhanaan bentuk aljabar.
F  Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari “Kompetensi Berkembang Melalui Latihan“ dalam buku paket mengenai penggunaan ubin aljabar untuk menyelesaikan penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, mengenai penyederhanaan bentuk aljabar dengan menggunakan sifat komutatif, asosiatif, atau distributif, mengenai penyelesaian operasi penjumlahan, kali, bagi, pangkat, dan akar suku sejenis dan tidak sejenis, mengenai penyelesaian operasi bentuk pecahan aljabar, dan mengenai pemecahan masalah yang melibatkan bentuk aljabar, kemudian peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas beberapa jawaban soal tersebut.
F  Peserta didik mengerjakan beberapa soal dari “Bekerja Aktif“ dalam buku mengenai penyelesaian penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dengan ubin aljabar, kemudian peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal tersebut.
F  Peserta didik mengerjakan beberapa soal  dalam buku paket.
F  Peserta didik diingatkan untuk mempelajari kembali materi mengenai bentuk aljabar, memodelkan pernyataan menjadi bentuk aljabar, pengertian suku, koefisien suku, dan suku sejenis, menyelesaikan operasi bentuk aljabar dan pecahan aljabar, dan cara memecahkan masalah yang melibatkan bentuk aljabar, untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan berikutnya.

§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
F  memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber dengan bantuan media  audio visuaL
F  memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
F  memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
Ø  berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
Ø  membantu menyelesaikan masalah;
Ø  memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
Ø  memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
Ø  memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

Kegiatan Akhir
        Dalam kegiatan penutup, guru:
F  bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan media pbm
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;


Ø   Pertemuan Ketiga   dan keempat
    Pendahuluan         :   - Apersepsi : Menyampaikan tujuan pembelajaran.
                                            - Memotivasi siswa agar dapat mengerjakan soal-soal pada ulangan harian dengan baik berkaitan dengan materi mengenai bentuk aljabar, memodelkan pernyataan menjadi bentuk aljabar, pengertian suku, koefisien suku, dan suku sejenis, menyelesaikan operasi bentuk aljabar dan pecahan aljabar, dan cara memecahkan masalah yang melibatkan bentuk aljabar.
            Kegiatan Inti 
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F  melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F  Peserta didik dapat mengerjakan soal-soal pada ulangan harian dengan baik berkaitan dengan materi mengenai bentuk aljabar, memodelkan pernyataan menjadi bentuk aljabar, pengertian suku, koefisien suku, dan suku sejenis, menyelesaikan operasi bentuk aljabar dan pecahan aljabar, dan cara memecahkan masalah yang melibatkan bentuk aljabar
F  memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
F  melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F  Peserta didik diminta untuk menyiapkan kertas ulangan dan peralatan tulis secukupnya di atas meja karena akan diadakan ulangan harian.
F  Peserta didik diberikan lembar soal ulangan harian.
F  Peserta didik diingatkan mengenai waktu pengerjaan soal ulangan harian, serta diberi peringatan bahwa ada sanksi bila peserta didik mencontek.
F  Guru mengumpulkan kertas ulangan jika waktu pengerjaan soal ulangan harian telah selesai.

§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F  memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, Peserta didik diingatkan mengenai waktu pengerjaan soal ulangan harian, serta diberi peringatan bahwa ada sanksi bila peserta didik mencontek.
F  Guru mengumpulkan kertas ulangan jika waktu pengerjaan soal ulangan harian telah selesai.

Kegiatan Akhir
        Dalam kegiatan penutup, guru:
F  bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F  memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F  merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
F  Peserta didik diingatkan untuk mempelajari materi berikutnya, yaitu tentang penerapan oprasi aljabar dalam kegiatan ekonomi.

E. Alat dan Sumber Belajar
Sumber :     
-          Buku paket, yaitu buku Matematika Kelas VII Semester 1,    
-          Buku referensi lain.

Alat :
-                LAPTOP ( Power Point )
-                AUDIO VISUAL  ( Video Tape )

                    F.        Penilaian Hasil Belajar     
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal
Ø  Melakukan operasi hitung, tambah, kurang, kali, bagi dan pangkat pada bentuk aljabar
Ø  Menerapkan operasi hitung pada bentuk aljabar untuk menyelesaikan soal

Tes tertulis
Tes uraian
1.      Hitunglah.
            a.  4 + (-6)
            b.  –14 – (–20)
            c.  3 ´ (–7 + 10)
            d.  18 : (–3)

2.   Sebuah tabung berisi 3 liter campuran alkohol – air 20%. Berapa liter campran alkohol – air 70% harus ditambahkan agar campuran itu menjadi campuran alkohol – air 40%.


Mengetahui,
Kepala SMP NEGERI  1    KERINCI



Drs. NAFRIZAL
Nip.196312151987031010

.SEMURUP.....................,  2012
Guru Mapel Matematika.



J E N E P A R,S.Pd
NIP. 196601181987031001

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar