MEDIA
PEMBELAJARAN
Kata media
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai
perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima
(Heinich et.all. 2002). Media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses
pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu: guru (komunikator),
bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
difunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujtuan belajar.
Proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem,
oleh karena itu media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai
salah satu komponen system pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan
terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bias
berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
system pembelajaran
Posisi
media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada Gambar 1
dibawah ini:
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
2. Posisi media pembelajaran
1.Fungsi Media
Pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber
(guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu
siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar
3. Fungsi madia dalam proses pembelajaran
Dalam
kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui
berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam
proses pembelajaran. Tiga kelabihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam
Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai
berikut. Pertama, kemampuan fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan. Dan menampilkan kembali suatu obyek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, amedia dapat menampilkan
lembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
Radio.
Hambatan-hambatan
komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama,
verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui
artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan
lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan
berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan
secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain misalnya,
gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini
dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain
yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar
guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya
pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya
kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau
dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis
mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. Pengembangan media pembelajaran
hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul
dalam proses pembelajaran. Secvara rinci, fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Menyaksikan benda yang ada atau
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantara gambar, potret,
slide, film video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gtambaran yang
nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2)
Mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya,
video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat
reactor nuklir, dan sebagainya.
3)
Memperoleh gambaran yang jelas tentang
benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung Karen ukurannya yang tidak
memungkinkan, aik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan
perantara paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan
dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh
gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya.
4)
Mendengar suara yang sukar ditangkap
dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan
sebagainya.
5)
Mengamati dengan teliti
binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap.
Dengan bantuan gambar, potert, slide, film atau video siswa dapat mengamati
berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6)
Mengamati peristiwa-peristiwa yang
jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video
siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7)
Mengamati dengan jelas benda-benda yang
mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti
jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8)
Dengan mudah membandingkan sesuatu.
Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan
dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9)
Dapat melihat secara cepat suatu proses
yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari
telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit.
Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan
film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10)
Dapat melihat secara lambat
gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video,
siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah,
yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11)
Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat
yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah
siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2
tak, dan sebagainya.
12)
Melihat bagian-bagian yang tersembunyi
dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian
mesin yang sukar diamati secara langsung.
13)
Melihat rigkasan dari suatu rangkaian
pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu
atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses
penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video
(memantapkan hasil pengamatan).
14)
Dapat menjangkau audien yang besar
jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau
televise ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan
seorang professor dalam waktu yang sama.
15)
Dapat belajar sesuai dengan kemampuan,
minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma,
siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan
masing-masing.
2.Landasan
Penggunaan Media Pembelajaran
Ada
beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara
landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
1)
Landasan filosofis
Ada
suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi
baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Hal ini tidak benar karena dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media
yang lenih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain, siswa
dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik
cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti “dehumanisasi”.
Sebenanrnya
perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaiman pandanagn
guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa
sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan
memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, makabaik menggunakan
media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan
tetap menggunakan pendekatan humanis.
2)
Landasan psikologis
Dengan
memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan
keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang
berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal
agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Sejalan denagn
maksud tersebut, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: (1) diadakan
pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan
diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Pengalaman siswa setiap daerah
berbeda sehingga perlu diberikan contoh-contoh yang kontekstual.
Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinu konkrit-abstrak dan kaitannya
dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome
Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan
urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan
symbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner (dalam Heinich, 2002) hal ini juga berlaku
tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
4 : Kerucut pengalaman Dale (Heinich, et.
Al., 2002 : 11)
1)
Pengalaman langsung adalah pengalaman
yang diperoleh dengan jalan berhubungan langsung dengan benda-benda, kejadian
dan pembelajar bekerja sendiri, mengalami sendiri, memecahkan masalah sendiri,
2) pengalaman tiruan, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau
kejadian tiruan yang sebenarnya atau penciptaan kembali benda-benda tersebut.
Faedah dari usaha p-enciptaan kembali benda-benda tersebut, adalah: a) member
kesan yang mendalam, b) memeberi arti yang sebenarnya, c) memeberi pengertian,
dan d) menghilangkan verbalisme, 3) dramatisasi, yaitu penyajian dalam bentuk
drama, dari berbagai gerakan sampai ke permainan yang lengkap, 4) demonstrasi,
yaitu percontohan atau pertunjukan cara membuat atau melayani suatu proses, 5)
karyawisata, yaitu membawa pembelajaran ke objek luar, 6) pameran, yaitu
pertunjukan hasil pekerjaan pembelajaran, 7) televise yaitu suatu media untuk
menyampaikan pesan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak dan masyarakat,
8) gambar hidup, yaitu rangkaian gambar yang dapat disampaikan pengajaran
secara efektif, dan akan menambah pengalaman, pengetahuan, dan menimbulkan
motivasi belajar, 10) gambar, yaitu segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi. Gambar dapat berupa ilustrasi, karikatur,
kartun, poster, gambar berseri dan film strip, 11) lambang visual, yaitu gambar
yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang
dapat divisualisasikan, 12) verbal, yaitu lambing kata.
Berdasar
uraian tersebut dalam materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang
mempelajari anatomi tumbuhan yang bersifat mikroskopis sehingga dapat
konkritkan melalui media. Menurut tingkatan yang kedua, kalu keadaanrealitas
terlalu kompleks, besar, dan terlalu kecil ataupun tidak ada ditempat maka
realitas dapat diubah dalam bentuk yang lebih jelas dan mudah dipahami, yakni
berupa model atau materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan melalui
gambar.
Menentukan
jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika
disejajarkan ada persamannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek.
3)
Landasan teknologis
Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, dan
pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan
komponen-komponen system pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain
atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
system pembelajran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
4)
Landasan empiris
Temuan-temuan
penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pengguna media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menetukanhasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar
dengan menggunakan media yang sesuai dennagn karakteristik tipe atau gaya belajarnya.
Siswa memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila
pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau
film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka
belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut,
maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru,
tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar,
karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
3.
Perangkat
dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Perangkat
media terdiri dari material, equipment,
hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat dengan istilah equipment dan iastilah hardware berhubungan dengan istilah software. Material (bahan media) adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan
pesan yang akan disampaikan kepada audien dengan menggunakan peralatan tertentu
atau wujud bendanya sendiri, seperti transparansi untuk perangkat overhed,
film, filmstrip, dan film slide, gambar, grafik, dan bahan cetak. Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu yang
dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh aterial kepada audien, misalnya proyektor
film slide, video tape recorder, papan temple, papan flannel, dan sebagainya.
Istilah
hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia computer, tetapi juga
untuk semua jenis media pembelajaran. Contoh, jenis pesan yang disimpan dalam
transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide. Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan
untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material utntuk dikirim
kepada audien. Contoh, proyektor overhead, proyektor film, video tape recorder,
proyektor slide, proyektor film strip.
4.
Klasifikasi
media pembelajaran
Media
pembelajaran diklasifikasikan berdasarakan tujuan pemakaian dan karakteristik
jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur
Schramm, (2) Gagne, (3) Alien, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim. (Sanjaya.
2007 : 10). Menurut schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan
media sederhan. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya
liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile;
(2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio
tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar
dengan computer dan telepon.
Gagne
mengklasifikasikan media tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajarn tersebut dikaitkan dengan
kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu
pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilakubelajar,
memeberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu,
menilai prestasi, dan member umpan balik.
Menurut
Alien (dalam http://mediapembelajaran.Filetype:pdf)
terdapat semvbilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televise, obyek
tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan
sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, Alien juga mengaitkan antara jenis
media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Alien melihat
bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk belajar tertentu tetapi lemah
untuk tujuan belajar yang lain. Alien mengungkapakan enam tujuan belajar,
antara lain: info factual, peneganalan visual, prinsip dan konsep, prosedur,
keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan
kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut
Gerlach dan Ely media dikelompokkan berdasarkan cirri-ciri fisiknya atas delapan
kelompok, yaitu benda sebenarnya, persentasi verbal, persentasi gratis, gambar
diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan stimulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya
alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi;
televise, video, computer. Berdasarkan pemahaman diatas klasifikasi media
pembelajaran tersebut, akanmempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam
melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan,
metode, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang
efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
MEDIA
PEMBELAJARAN
Kata media
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai
perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima
(Heinich et.all. 2002). Media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasarkan definisi tersebut,
dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses
pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi yaitu: guru (komunikator),
bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
difunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujtuan belajar.
Proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem,
oleh karena itu media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai
salah satu komponen system pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan
terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bias
berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari
system pembelajaran.
Posisi
media pembelajaran sebagai komponen komunikasi ditunjukkan pada Gambar 1
dibawah ini:
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
2. Posisi media pembelajaran
1.Fungsi Media
Pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber
(guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu
siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.
Fungsi media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar
3. Fungsi madia dalam proses pembelajaran
Dalam
kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui
berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam
proses pembelajaran. Tiga kelabihan kemampuan media (Gerlach & Ely dalam
Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai
berikut. Pertama, kemampuan fiksatif,
artinya dapat menangkap, menyimpan. Dan menampilkan kembali suatu obyek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret,
direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat
ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, amedia dapat menampilkan
lembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai
keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula
diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributive, artinya media mampu menjangkau audien yang besar
jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau
Radio.
Hambatan-hambatan
komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama,
verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui
artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan
lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru.
Kedua, salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan
berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan
secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain misalnya,
gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat, hal ini
dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain
yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar
guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya
pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman, artinya
kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau
dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis
mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep. Pengembangan media pembelajaran
hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul
dalam proses pembelajaran. Secvara rinci, fungsi media dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Menyaksikan benda yang ada atau
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantara gambar, potret,
slide, film video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gtambaran yang
nyata tentang benda/peristiwa sejarah.
2)
Mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya,
video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat
reactor nuklir, dan sebagainya.
3)
Memperoleh gambaran yang jelas tentang
benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung Karen ukurannya yang tidak
memungkinkan, aik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan
perantara paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan
dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh
gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebagainya.
4)
Mendengar suara yang sukar ditangkap
dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan
sebagainya.
5)
Mengamati dengan teliti
binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap.
Dengan bantuan gambar, potert, slide, film atau video siswa dapat mengamati
berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.
6)
Mengamati peristiwa-peristiwa yang
jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati. Dengan slide, film, atau video
siswa dapat mengamati pelangi, gunung meletus, pertempuran, dan sebagainya.
7)
Mengamati dengan jelas benda-benda yang
mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat
memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti
jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.
8)
Dengan mudah membandingkan sesuatu.
Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan
dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.
9)
Dapat melihat secara cepat suatu proses
yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari
telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit.
Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan
film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.
10)
Dapat melihat secara lambat
gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video,
siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah,
yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan.
11)
Mengamati gerakan-gerakan mesin/alat
yang sukar diamati secara langsung. Dengan film atau video dapat dengan mudah
siswa mengamati jalannya mesin 4 tak, 2
tak, dan sebagainya.
12)
Melihat bagian-bagian yang tersembunyi
dari suatu alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian
mesin yang sukar diamati secara langsung.
13)
Melihat rigkasan dari suatu rangkaian
pengamatan yang panjang/lama. Setelah siswa melihat proses penggilingan tebu
atau di pabrik gula, kemudian dapat mengamati secara ringkas proses
penggilingan tebu yang disajikan dengan menggunakan film atau video
(memantapkan hasil pengamatan).
14)
Dapat menjangkau audien yang besar
jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau
televise ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan
seorang professor dalam waktu yang sama.
15)
Dapat belajar sesuai dengan kemampuan,
minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma,
siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan
masing-masing.
2.Landasan
Penggunaan Media Pembelajaran
Ada
beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara
landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris.
1)
Landasan filosofis
Ada
suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi
baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi.
Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Hal ini tidak benar karena dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media
yang lenih sesuai dengan karakteristik pribadinya. Dengan kata lain, siswa
dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik
cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti “dehumanisasi”.
Sebenanrnya
perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaiman pandanagn
guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa
sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan
memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, makabaik menggunakan
media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan
tetap menggunakan pendekatan humanis.
2)
Landasan psikologis
Dengan
memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan
keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang
berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal
agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Sejalan denagn
maksud tersebut, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut: (1) diadakan
pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran yang akan
diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Pengalaman siswa setiap daerah
berbeda sehingga perlu diberikan contoh-contoh yang kontekstual.
Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit
ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinu konkrit-abstrak dan kaitannya
dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome
Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan
urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan
symbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic
representation). Menurut Bruner (dalam Heinich, 2002) hal ini juga berlaku
tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
4 : Kerucut pengalaman Dale (Heinich, et.
Al., 2002 : 11)
1)
Pengalaman langsung adalah pengalaman
yang diperoleh dengan jalan berhubungan langsung dengan benda-benda, kejadian
dan pembelajar bekerja sendiri, mengalami sendiri, memecahkan masalah sendiri,
2) pengalaman tiruan, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau
kejadian tiruan yang sebenarnya atau penciptaan kembali benda-benda tersebut.
Faedah dari usaha p-enciptaan kembali benda-benda tersebut, adalah: a) member
kesan yang mendalam, b) memeberi arti yang sebenarnya, c) memeberi pengertian,
dan d) menghilangkan verbalisme, 3) dramatisasi, yaitu penyajian dalam bentuk
drama, dari berbagai gerakan sampai ke permainan yang lengkap, 4) demonstrasi,
yaitu percontohan atau pertunjukan cara membuat atau melayani suatu proses, 5)
karyawisata, yaitu membawa pembelajaran ke objek luar, 6) pameran, yaitu
pertunjukan hasil pekerjaan pembelajaran, 7) televise yaitu suatu media untuk
menyampaikan pesan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak dan masyarakat,
8) gambar hidup, yaitu rangkaian gambar yang dapat disampaikan pengajaran
secara efektif, dan akan menambah pengalaman, pengetahuan, dan menimbulkan
motivasi belajar, 10) gambar, yaitu segala sesuatu yang diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi. Gambar dapat berupa ilustrasi, karikatur,
kartun, poster, gambar berseri dan film strip, 11) lambang visual, yaitu gambar
yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang
dapat divisualisasikan, 12) verbal, yaitu lambing kata.
Berdasar
uraian tersebut dalam materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang
mempelajari anatomi tumbuhan yang bersifat mikroskopis sehingga dapat
konkritkan melalui media. Menurut tingkatan yang kedua, kalu keadaanrealitas
terlalu kompleks, besar, dan terlalu kecil ataupun tidak ada ditempat maka
realitas dapat diubah dalam bentuk yang lebih jelas dan mudah dipahami, yakni
berupa model atau materi yang bersifat abstrak dapat divisualisasikan melalui
gambar.
Menentukan
jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada diagram jika
disejajarkan ada persamannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek.
3)
Landasan teknologis
Teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, dan
pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah
dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan
komponen-komponen system pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain
atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi
system pembelajran yang lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang,
bahan, media, peralatan, teknik, dan latar.
4)
Landasan empiris
Temuan-temuan
penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pengguna media
pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menetukanhasil belajar
siswa. Artinya, siswa akan mendapat keuntungan yang signifikan bila ia belajar
dengan menggunakan media yang sesuai dennagn karakteristik tipe atau gaya belajarnya.
Siswa memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila
pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau
film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka
belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.
Akan lebih tepat dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut,
maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru,
tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar,
karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media itu sendiri.
3.
Perangkat
dan Klasifikasi Media Pembelajaran
Perangkat
media terdiri dari material, equipment,
hardware, dan software. Istilah material berkaitan erat dengan istilah equipment dan iastilah hardware berhubungan dengan istilah software. Material (bahan media) adalah sesuatu yang dapat dipakai untuk menyimpan
pesan yang akan disampaikan kepada audien dengan menggunakan peralatan tertentu
atau wujud bendanya sendiri, seperti transparansi untuk perangkat overhed,
film, filmstrip, dan film slide, gambar, grafik, dan bahan cetak. Sedangkan equipment (peralatan) ialah sesuatu yang
dipakai untuk memindahkan atau menyampaikan sesuatu yang disimpan oleh aterial kepada audien, misalnya proyektor
film slide, video tape recorder, papan temple, papan flannel, dan sebagainya.
Istilah
hardware dan software tidak hanya dipakai dalam dunia computer, tetapi juga
untuk semua jenis media pembelajaran. Contoh, jenis pesan yang disimpan dalam
transparansi OHP, kaset audio, kaset video, film slide. Software adalah isi pesan yang disimpan dalam material, sedangkan hardware adalah peralatan yang digunakan
untuk menyampaikan pesan yang telah dituangkan ke dalam material utntuk dikirim
kepada audien. Contoh, proyektor overhead, proyektor film, video tape recorder,
proyektor slide, proyektor film strip.
4.
Klasifikasi
media pembelajaran
Media
pembelajaran diklasifikasikan berdasarakan tujuan pemakaian dan karakteristik
jenis media. Terdapat lima model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur
Schramm, (2) Gagne, (3) Alien, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim. (Sanjaya.
2007 : 10). Menurut schramm, media digolongkan menjadi media rumit, mahal, dan
media sederhan. Schramm juga mengelompokkan media menurut kemampuan daya
liputan, yaitu (1) liputan luas dan serentak seperti TV, radio, dan facsimile;
(2) liputan terbatas pada ruangan, seperti film, video, slide, poster audio
tape; (3) media untuk belajar individual, seperti buku, modul, program belajar
dengan computer dan telepon.
Gagne
mengklasifikasikan media tujuh kelompok, yaitu benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film bersuara, dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media pembelajarn tersebut dikaitkan dengan
kemampuannya memenuhi fungsi menurut hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu
pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh prilakubelajar,
memeberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukkan alih ilmu,
menilai prestasi, dan member umpan balik.
Menurut
Alien (dalam http://mediapembelajaran.Filetype:pdf)
terdapat semvbilan kelompok media, yaitu: visual diam, film, televise, obyek
tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku teks cetak, dan
sajian lisan. Disamping mengklasifikasikan, Alien juga mengaitkan antara jenis
media pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Alien melihat
bahwa, media tertentu memiliki kelebihan untuk belajar tertentu tetapi lemah
untuk tujuan belajar yang lain. Alien mengungkapakan enam tujuan belajar,
antara lain: info factual, peneganalan visual, prinsip dan konsep, prosedur,
keterampilan, dan sikap. Setiap jenis media tersebut memiliki perbedaan
kemampuan untuk mencapai tujuan belajar; ada tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut
Gerlach dan Ely media dikelompokkan berdasarkan cirri-ciri fisiknya atas delapan
kelompok, yaitu benda sebenarnya, persentasi verbal, persentasi gratis, gambar
diam, gambar bergerak, rekaman suara, pengajaran terprogram, dan stimulasi.
Menurut Ibrahim, media dikelompokkan berdasarkan ukuran serta kompleks tidaknya
alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua
dimensi; media tanpa proyeksi tiga dimensi; media audio; media proyeksi;
televise, video, computer. Berdasarkan pemahaman diatas klasifikasi media
pembelajaran tersebut, akanmempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam
melakukan pemilihan media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan,
metode, serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang
efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.
0 komentar:
Posting Komentar