MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat.
Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi
kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh
sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara
layak. Secara lebih sederhana, pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang
diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam
mengembangkan manusia.
Telah lama bangsa Indonesia berada pada kondisi krisis multidimensi dan
multikultural, mulai dari masalah ideologi, politik, dan pendidikan yang sarat dengan
kesenjangan dan konflik budaya yang tidak lagi berkarakter. Ekonomi yang labil dan
tingkat keamanan yang sangat rendah membuat komplektisitas problematika juga
berimbas kepada melemahnya tingkat kualitas pendidikan yang ada. Lemahnya
kualitas pendidikan meliputi berbagai hal, di antaranya adalah: a) Kurikulum yang
miskin ketrampilan, b) Motivasi dan orientasi pendidikan yang sarat dengan pola
pikir hedonis dan materialistis, c) Monopoli arti kecerdasan yang selama ini hanya
bersandar pada ranah kognitif, d) Metodologi pengajaran yang stagnan dan cenderung
mengekang kreatifitas, e) Pola manajemen dan tenaga pengajar yang kurang
profesional, f) Pola interaksi yang tidak efektif, g) Evaluasi dan kebijakan yang
subjektif, h) Pola pikir masyarakat yang skolastik, dan i) Kondisi masyarakat yang
sarat akan kebodohan dan kemiskinan sebagai dampak logis dari tidak adanya nilai
optimal keberhasilan (quality outcomes) dalam proses pendidikan (Hamijoyo, 2002:
Pada hakekatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk
menciptakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan adanya
pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat mereka masih
berada dalam tataran usia dini. Pentingnya pendidikan usia dini telah menjadi
perhatian internasional. Dalam pertemuan forum pendidikan tahun 2000 di Dakar-
Sinegal, dihasilkan 6 (enam) kesepakatan sebagai Kerangka Aksi Pendidikan untuk
Semua (The Dakar Framework for Action Education for All). Salah satu butir
kesepakatan tersebut adalah untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi mereka yang sangat rawan
dan kurang beruntung (Suyanto, 2005: 13).
Dewasa ini, isu hangat dalam dunia pendidikan adalah tentang
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (yang selanjutnya disebut PAUD).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di
Indonesia sekarang terdiri dari Pendidikan Anak Usia Dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan Pendidikan Tinggi, yang keseluruhannya merupakan
kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau
informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga dan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat dimana ia
tinggal (http://hidayatsoeryana.wordpress.com).
Oleh karena itu, PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi
kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.
Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut sebagai the golden
age (usia emas). Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang
diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap
berikutnya dan meningkatkan produktifitas kerja di masa dewasa (Suderadjat, 2005:
135). Perlu dipahami bahwa anak memiliki potensi untuk menjadi lebih baik di masa
mendatang, namun potensi tersebut hanya dapat berkembang manakala diberi
rangsangan, bimbingan, bantuan, dan/atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya.
Penyelenggaraan pendidikan usia dini harus diorientasikan pada pemenuhan
kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan, dan
kemampuan sang anak. Oleh karena itu, peran pendidik sangatlah penting. Pendidik
harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam. Pengertian
pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru saja, tetapi juga orang tua dan
lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh
dan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, kurikulum yang diterapkan dalam
PAUD tidak harus sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis
(juknis). Kurikulum PAUD harus mengacu pada penggalian potensi kecerdasan yang
dimiliki anak, sehingga peran guru hanya untuk mengembangkan, menyalurkan, dan
mengarahkannya saja (http://www.penulislepas.com).
Dalam upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan
adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini yang
berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi adalah
rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus
(rencana pembelajaran) pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.
Dalam hal ini, diperlukan sebuah formula kurikulum yang disesuaikan
dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Perlu diketahui bahwa pada usia
4-6 tahun, perkembangan anak-anak sangat pesat. Perkembangan itu meliputi
perkembangan fisik, seperti bertambahnya berat dan tinggi badan maupun psikis yang
meliputi ranah kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Kurikulum-kurikulum
pendidikan terdahulu cenderung lebih menitik beratkan pada aspek perkembangan
kognitif semata dengan harapan agar dapat mencetak generasi yang ber-IQ
(Intelligence Quotient) tinggi. Namun, penelitian mutakhir membuktikan bahwa
kurikulum yang demikian kurang tepat untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Anak-anak yang ber-IQ tinggi belum tentu dapat berhasil dalam kehidupannya di
kelak kemudian hari. Hingga disusun konsep baru bahwa anak perlu dikembangkan
emosinya secara optimal. Anak yang ber-EQ (Emotional Quotient) tinggilah yang
dipandang dapat berhasil dalam kehidupannya kelak (Musta’in, 2008: 23).
Namun, semua itu tidaklah cukup apabila pendidikan dengan kurikulum
untuk mengembangkan IQ maupun EQ tidak dibarengi dengan pendidikan berbasis
Dienul Islam yang memadai. Tanpa pendidikan agama yang optimal, lembaga
pendidikan hanya menelorkan anak-anak yang tidak memiliki pegangan hidup.
Karena itulah, akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan
yang berupaya untuk menyeimbangkan ketiga hal tersebut, yaitu keseimbangan
antara IQ, EQ, dan SQ (Spiritual Quotient).
Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Al Ausath Pabelan, Kartasura,
Sukoharjo merupakan suatu lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran
anak usia dini (dalam hal ini adalah satuan pendidikan Taman Kanak-kanak) berbasis
Islam dengan menggunakan sistem fullday school. Dalam penerapan kurikulumnya,
sekolah ini mencoba menyeimbangkan antara IQ, EQ, dan juga SQ dari peserta
didik. Selain belajar di kelas, pelaksanaan pembelajaran juga dilaksanakan outdoor
dengan metode bermain. Karena pada dasarnya, masa kanak-kanak adalah masa
untuk bermain.
Tenaga pengajar yang ada di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo
merupakan tenaga pendidik yang cukup berkualitas, hal ini dapat dilihat bahwa
ustadzah yang ada di sana rata-rata sudah hafal al-Qur’an dan kebanyakan lulusan
Perguruan Tinggi. Meskipun belum cukup lama berdiri, TKIT Al Ausath Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo sudah mampu menarik perhatian dan minat banyak masyarakat
untuk menitipkan putra-putrinya dalam menimba ilmu di sana. Di setiap tahun ajaran
baru, sudah dapat dipastikan yang mendaftar selalu melebihi daya tampung sekolah,
untuk itu diadakan tes masuk untuk menyaring kemampuan siswa sehingga tidak
semua pendaftar dapat diterima. Hal ini dilakukan karena sekolah tersebut
mementingkan kualitas siswa dari pada kuantitas semata.
Selain itu, juga dapat dilihat melalui output dari TK tersebut yang sudah
tidak diragukan lagi kemampuannya. Pemahaman mereka, baik dalam materi
konvensional maupun materi keagamaan sudah cukup memadai bahkan memuaskan
untuk ukuran anak usia dini. Terbukti, ada seorang anak yang sudah mampu menegur
orang tua ketika mereka melakukan kesalahan. Ini tidak terlepas dari keberhasilan
pembelajaran yang telah mereka dapatkan di sekolah. Materi yang disampaikan
memang tampak didesain dengan disesuaikan tingkat pemahaman agama siswa tanpa
mengesampingkan tingkat perkembangan anak. Selain itu, juga penggunaan metode
yang tepat dalam penyampaian materi turut serta memberikan andil dalam
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam penanaman nilai-nilai keagamaan.
Kualitas siswa akan dapat tercapai sesuai dengan harapan jika ditunjang
dengan adanya manajemen kurikulum yang berkualitas pula. Kurikulum di sini
mencakup tentang tujuan pendidikan, materi yang akan diberikan, metode
mengajarkannya, serta penilaian yang dilakukan (Jalaludin, 2004: 44). Namun, agar
dapat diperoleh output yang maksimal, perlu diberikan perhatian yang lebih pada
pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran dalam pelaksanaan
pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah isi program pembelajaran yang mampu
menyeimbangkan antara IQ, EQ, dan SQ bagi peserta didik. Selain pemilihan isi
program pembelajaran yang berkualitas juga harus dibarengi dengan adanya metode
pembelajaran yang juga harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik.
Karena itulah, dalam penelitian ini lebih menitik beratkan dalam mengkaji
manajemen kurikulum yang terkait dengan pengelolaan materi dan penggunaan
metode pembelajaran yang diterapkan di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura,
Sukoharjo, khususnya pada kelas B.
Berdasarkan uraian di atas itulah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti
lebih jauh tentang manajemen kurikulum yang memfokuskan pada pengelolaan
materi dan penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan di TKIT Al Ausath
Pabelan, Kartasura, Sukoharjo khususnya pada kelompok B tahun pelajaran
2008/2009. Dalam hal ini, penulis mengambil judul penelitian tentang
”MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Studi
Kasus Pengelolaan Materi dan Penggunaan Metode Pembelajaran pada
Kelompok B di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo Tahun
Pelajaran 2008/2009)”.
B. Penegasan Istilah
Ada beberapa istilah yang terdapat dalam judul yang perlu dipahami agar
tidak terjadi salah penafsiran. Beberapa istilah tersebut yaitu:
1. Manajemen Kurikulum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”manajemen adalah proses
penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” (Depdikbud,
1988: 357). Sedangkan menurut Tim FKIP UMS (2002: 1):
Manajemen berasal dari kata dalam bahasa Inggris to manage yang berarti
mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola. Sedangkan secara istilah
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi serta penggunaan sumber daya lainnya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kurikulum, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ”perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan” (Depdiknas, 1988: 234).
Sedangkan menurut Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (2006: 7),
”kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, mata
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dengan demikian yang dimaksud dengan manajemen kurikulum adalah
upaya untuk mengurus, mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang
akan diajarkan pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pengertian pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub
dalam Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa
”pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut” (http://hidayatsoeryana.wordpress.com).
3. Pengelolaan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan seperangkat mata pelajaran yang akan
disampaikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sedangkan
pengelolaan materi pembelajaran di sini dimaksudkan untuk mengelola materi
yang akan disampaikan yang terdiri dari penetapan materi pembelajaran dan
pedoman pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan secara
maksimal.
4. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Metode dipilih berdasarkan materi yang akan disampaikan.
Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai
tujuan kegiatan (Moeslichatoen, 2004: 7).
Dasar pemilihan metode pengajaran menurut Abu Ahmadi (1990: 111)
terdiri dari lima hal, yaitu: relevansi dengan tujuan pendidikan, relevansi dengan
materi, relevansi dengan kemampuan guru, relevansi dengan situasi pembelajaran,
serta relevansi dengan perlengkapan atau fasilitas sekolah.
5. TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo
Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Al Ausath merupakan salah
satu Taman Kanak-kanak yang menerapkan sistem fullday school. TK tersebut
merupakan salah satu lembaga yang banyak diminati oleh orang tua untuk
menitipkan putra-putrinya dalam menimba ilmu. Selain mengajarkan tentang
materi konvensional, TKIT ini juga memberikan materi tentang keislaman. TKIT
Al Ausath terbagi menjadi dua jenjang kelas, yakni kelas A untuk siswa yang
berumur 4-5 tahun dan kelas B untuk siswa yang berumur 5-6 tahun.
Dari penegasan istilah di atas dapat ditegaskan judul skripsi
”Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (Studi Kasus Pengelolaan
Materi dan Penggunaan Metode Pembelajaran pada Kelompok B di TKIT Al
Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2008/2009)”, merupakan
penelitian tentang proses pengaturan kurikulum, dalam hal ini difokuskan pada
pengelolaan materi dan penggunaan metode pembelajaran PAUD yang diterapkan
di TKIT Al Ausath guna menciptakan suasana belajar yang efisien, agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi pada dirinya sehingga tercipta lulusan
yang berkualitas, serta untuk memperoleh keterangan atau data-data mengenai
unsur-unsur yang mendukung dan menghambat proses pengelolaan materi dan
penggunaan metode pembelajaran yang ada di TKIT Al Ausath Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo.
C. Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
akan diteliti adalah:
1. Bagaimana pengelolaan materi yang ada di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura,
Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009?
2. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran yang ada di TKIT Al Ausath
Pabelan, Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009?
3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola materi dan
menggunakan metode pembelajaran di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura,
Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengelolaan materi yang ada di TKIT Al Ausath Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009
2. Untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran yang ada di TKIT Al Ausath
Pabelan, Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola
materi dan menggunakan metode pembelajaran di TKIT Al Ausath Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam
dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai manajemen kurikulum
pendidikan anak usia dini.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang
lebih kongrit apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan,
khususnya pengembangan kurikulum bagi pendidikan anak usia dini.
b. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam evaluasi
kurikulum.
c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan
mengenai materi dan metode dalam pembelajaran bagi pendidikan anak usia
dini.
E. Kajian Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, bahwa penelitian tentang manajemen kurikulum
pendidikan anak usia dini di TKIT Al Ausath belum pernah dilakukan. Namun,
penelitian-penelitian mengenai pendidikan anak usia dini ataupun mengenai Taman
Kanak-kanak pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya
adalah:
1. Dani Maulana Bintari (2008) dalam skripsinya yang berjudul Konsep Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam dan Psikologi menyimpulkan bahwa ada
perbedaan konsep PAUD antara perspektif Islam dan psikologi. Konsep
pendidikan anak usia dini dalam Islam adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak yang dapat dimulai sejak seseorang menentukan jodohnya,
ketika bayi masih dalam kandungan dan sampai bayi lahir hingga berusia enam
tahun dengan menggunakan metode yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah
juga menyesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan anak hingga fithrah
bawaan yang berupa fithrah beragama (tauhid) bisa berkembang secara terarah
sesuai dengan didikan yang baik dari orang tua dan lingkungannya. Konsep
PAUD dalam perspektif psikologi adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak yang dimulai sejak bayi dalam kandungan (pranatal) hingga usia
enam tahun dengan menggunakan metode yang sesuai dengan bakat dan
kemampuan anak yang merupakan hasil dan penemuan manusia, dan juga dengan
memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak dan lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Perbedaan kedua hal di atas terletak pada
pembahasan fithrah/potensi waktu dimulainya pendidikan, di samping tokohtokoh
dan pendapatnya tentang PAUD dan metode pendidikan bagi anak usia
dini. Di samping itu, terdapat juga persamaan di antara keduanya, yaitu terletak
pada fase-fase perkembangan anak.
2. Rusmini (2008) dalam skripsinya yang berjudul Metode Bermain Sambil Belajar,
Integrasi Pendidikan Agama Islam dengan Pusat Kegiatan (Sentra) Studi Empiris
di Taman Kanak-kanak Islam Masjid Istiqlal Jakarta Pusat menyimpulkan bahwa
metode bermain sambil belajar dengan pusat kegiatan (sentra) dapat mengarahkan
anak untuk menemukan potensi dan kecerdasan yang dimiliki. Metode tersebut
cukup efektif dalam membantu anak usia prasekolah dalam belajar. Selain itu,
metode yang digunakan juga mampu mengembangkan aspek pada bidang bahasa,
fikir, visual, kinestetik, musik, intrapersonal, dan interpersonal pada anak.
3. Emmy Budiarti (2008) dalam tulisan karya ilmiahnya yang berjudul
Pembelajaran Melalui Bermain Berbasis Kecerdasan Jamak pada Anak Usia
Dini, menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi
anak, dan bermain adalah suatu kebutuhan yang sudah ada (inhern) dalam diri
anak. Dengan demikian, anak dapat mempelajari berbagai ketrampilan dengan
senang hati, tanpa merasa dipaksa ataupun terpaksa dalam kegiatan bermain.
Bermain mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan ketrampilan dan
kecerdasan anak agar lebih siap menuju pendidikan selanjutnya. Kecerdasan anak
tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap melalui tes intelegensi
saja, akan tetapi anak juga memiliki sejumlah kecerdasan jamak yang berwujud
berbagai ketrampilan dan kemampuan. Kecerdasan jamak adalah teori kecerdasan
yang menyatakan bahwa individu memiliki paling tidak delapan jenis kecerdasan,
yaitu kecerdasan verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, kinestetik,
musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis. Kecerdasan jamak dapat
diaplikasikan dengan berbagai cara dan aspek dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa aplikasi kecerdasan jamak antara lain berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran, pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, tampak belum ada yang secara
spesifik meneliti tentang manajemen kurikulum yang terkait dengan pengelolaan
materi dan penggunaan metode pembelajaran bagi PAUD. Jadi, penelitian ini telah
memenuhi kriteria kebaruan untuk sebuah penelitian
F. Metode Penelitian
Dalam memecahkan suatu masalah harus menggunakan cara/metode tertentu
yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas. Disamping itu, metodemetode
tersebut dipilih juga agar penelitian dapat menghasilkan data-data akurat dan
dipercaya kebenarannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini yang
berkaitan dengan metode penelitian adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research, karena yang diteliti adalah
sesuatu yang ada di lapangan secara langsung. Dalam hal ini, objek yang di- teliti
adalah TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Penelitian lapangan ini
bersifat kualitatif, yaitu berupa penelitian yang prosedurnya menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan pelaku yang
diamati (Robert Begnan dan Steven yang dikutip Lexy Moleong, 2000: 35).
2. Subjek Penelitian
Tatang (1986: 93) memberikan pengertian bahwa, subjek penelitian adalah
sumber tempat memperoleh informasi, yang dapat diperoleh dari seseorang
maupun sesuatu, yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Dalam hal ini,
yang menjadi subjek penelitian adalah manajemen kurikulum dengan sumber
data, baik populasi maupun sampel akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Populasi
Menurut Mardalis (1995: 52), populasi adalah semua individu yang
menjadi sumber data. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah, kepala bidang kurikulum, semua ustadzah yang berjumlah 40
orang, dan semua karyawati yang berjumlah 11 orang di TKIT Al Ausath
Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.
b. Sampel
Menurut Djarwanto dan Pangestu (1981: 93), sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Oleh karenanya pengambilan sampel harus
dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sampel yang
benar-benar mampu menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya,
dengan kata lain sampel harus representatife. Adapun cara pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan sampel bertujuan
atau purpose sampling. Menurut Arikunto (2002: 127), sampel bertujuan
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dimana
tujuan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan data-data yang akan dibutuhkan
dalam penelitian ini.
Terkait dengan penelitian ini, maka yang menjadi sampel adalah
Kepala Sekolah dan Kepala Bidang Kurikulum, serta wali kelas yang
berjumlah enam orang ustadzah, dan karyawati bagian Administrasi
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Dokumentasi
”Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah cara
pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain sebagainya” (Arikunto,
1998: 149). Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang
pengelolaan materi, metode pengajaran yang diterapkan, struktur
kepengurusan, serta komponen pelaksana pendidikan di TKIT Al Ausath
Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, yaitu data tentang tenaga kependidikan, daftar
nama guru dan karyawati, sarana dan prasarana, pedoman kurikulum yang
dipakai, serta profil sekolah.
b. Metode Wawancara
”Metode wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang.
Melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dan seorang yang
lainnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan-tujuan
tertentu” (Mulyana, 2002:180).
Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, kepala bidang kurikulum,
karyawati bidang administrasi, dan ustadzah wali kelas B yang mengajar di
TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo. Metode wawancara ini
peneliti gunakan untuk mencari informasi dan data tentang pengelolaan materi
dan penggunaan metode pembelajaran, hambatan dan pendukung yang
dihadapi TK saat melaksanakan pembelajaran.
c. Metode Observasi
”Metode observasi adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan
secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun daerah” (Nazer, 1985: 65). Objek yang diobservasi
meliputi profil sekolah, sarana dan prasarana, dan penggunaan metode dalam
pelaksanaan pembelajaran yang ada di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura,
Sukoharjo.
4. Analisis Data
Dalam menganalisis data, teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu pengumpulan data
sekaligus reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan
Haberman, 1992: 16).
Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya
melakukan reduksi data dengan menggolongkan, mengarahkan, dan membuang
yang tidak perlu. Kedua, data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk narasi.
Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.
Metode berpikir yang penulis gunakan untuk menganalisis data ini adalah
metode induktif dan deduktif. Metode induktif adalah suatu metode untuk
menganalisis masalah yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian
ditarik fakta yang bersifat umum. Sedangkan metode deduktif adalah suatu
metode yang akan menganalisis suatu maksud dengan berangkat dari hal-hal
yang bersifat umum kemudian ditarik fakta yang bersifat khusus (Hadi, 1987:
42).
G. Sistematika Penulisan
Sebuah skripsi akan lebih sistematis jika disusun dengan sistematika yang
baik. Adapun sistematika dalam penyusunan skripsi ini sebagaimana dipaparkan
berikut:
Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, nota dinas pembimbing,
halaman pengesahan, pernyataan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar lampiran, dan abstraksi.
Bagian inti dibagi menjadi lima bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan,
pembahasan dalam bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, pembahasan
dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian, yaitu: Bagian pertama, membahas
tentang PAUD yang terdiri dari Hakekat PAUD, landasan PAUD, Standar
kompetensi PAUD, dan pengembangan kurikulum PAUD. Bagian kedua, membahas
tentang manajemen kurikulum yang terdiri dari pengertian manajemen kurikulum,
komponen kurikulum, pengelolaan materi, dan penggunaan metode pembelajaran.
BAB III Manajemen Kurikulum PAUD di TKIT Al Ausath Pabelan,
Kartasura, Sukoharjo. Bab ini meliputi dua bagian, yaitu bagian pertama,
memaparkan profil TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo yang meliputi
sejarah berdirinya, letak geografis, struktur kepengurusan, visi dan misi sekolah,
keadaan ustadzah dan karyawati serta peserta didik, juga mengenai sarana dan
prasarana sekolah. Bagian kedua, memaparkan tentang manajemen kurikulum
Pendidikan Anak Usia Dini di TKIT Al Ausath Surakarta tahun pelajaran 2008/2009
yang meliputi pengelolaan materi, penggunaan metode pembelajaran yang
diterapkan, dan faktor pendukung dan penghambatnya.
BAB IV Analisis Data, pembahasan dalam bab ini meliputi analisis data
tentang (1) Pengelolaan materi di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo
tahun pelajaran 2008/2009, (2) Penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan di
TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo tahun pelajaran 2008/2009, (3)
Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola materi dan menggunakan
metode pembelajaran di TKIT Al Ausath Pabelan, Kartasura, Sukoharjo tahun
pelajaran 2008/2009.
BAB V Penutup, yang berisi tentang kesimpulan, saran, dan kata penutup.
Anak usia dini
Diposting oleh
http://www.jenepar.blogspot.com
|
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar